Translate This Page

Thursday, January 12, 2012

Bermain Di Kebun Binatang

Wah, senangnya! Akhirnya kemarin ini sempat bermain ke Kebun Binatang Bandung, arena rekreasi yang terakhir kali saya kunjungi waktu saya SD. Bermodalkan nekat nerjang hujan dan niat dadakan, akhirnya tim penyelamat hewan yang beranggotakan Go, Diego Go! alias saya sendiri, Amalia Dwi Explorer, Dea Ananda, Hadi No Smoking, dan Fath Less Do More ini pergi ke kebun binatang setelah ngambil kartu FRS dan nunggu jadwal dosen PA yang ternyata belum ada. Menaiki angkot hijau legendaris Cicaheum-Ledeng, kami akhirnya sampai di kebun binatang yang rupanya nggak begitu ramai sama pengunjung. Dengan begini, si Amel bisa lebih menghayati perjumpaannya dengan kerabat sangat jauhnya (eh?)


Bermodalkan uang lima belas ribu rupiah aja, anda sudah bisa mendapatkan tiket masuk monokrom bergambar macan ini! Hebat kan? *biasa aja sih sebenernya* Tapi ya sudahlah toh macannya aja nggak protes. Nah, sampai di kebun binatang, rupanya ada banyak yang berubah, dari mulai exhibit sampai environmental design. Yang pertama kita datangi adalah kandang beruang madu. Oh, tiba-tiba saya inget Winnie The Pooh...


Rupanya waktu datang, beruang yang ada di exhibit jumlahnya sedikit. Kemanakah beruang-beruang itu pergi? Kan nggak mungkin beruangnya pergi sebentar buat main ke CiWalk. Itu fiksional sekali, ah tapi gapapa bagus juga beruang butuh hiburan juga kan? *ngomong apa saya ini*


Beres mengunjungi Pooh, saya sama teman-teman mengunjungi kandang buaya. Oh, lihatlah para buaya darat ini yang sering menipu hati para wanita, termasuk Mulan Kwok dan Maia Estianti dari Ratu (loh?). Buaya-buaya yang kelihatannya jinak padahal galak itu sedang bersantai, berjemur di pinggir kolam. Dan yang mengejutkan, di dekat tembok pembatas exhibit buaya, ada sebuah sepatu bayi yang tergeletak begitu saja!


Pertanyaan saya sama teman-teman adalah, apa yang terjadi dengan bayi ini? Apakah ada orangtuanya yang jahat lalu melempar bayi tak berdosa ini ke kandang buaya untuk dimakan? Atau bayinya yang galau lalu bunuh diri dan sendalnya nyangkut dan jatuh? Atau bayi yang dilempar orangtuanya untuk diadopsi dan diasuh oleh buaya tersebut dan berubah menjadi buaya setelah meminum ramuan Polyjuice? Ini merupakan misteri Ilahi rupanya. Ah sudahlah, akhirnya kami capcus ke kandang berikutnya. Langsung kami main-main ke area reptil, lihat kura-kura yang berlibur ala kaum jetset, komodo galau, lihat-lihat ular yang sebenarnya saya nggak suka dan nggilani ngeliatnya. Lalu pergi juga ke aviary, lihat-lihat burung yang aneh-aneh sampai warna-warni.











Dan akhirnya tibalah kami di kandang primata. Saya nggak mau banyak komentar disini. Pokoknya rasa haru melihat teman saya akhirnya bisa bertemu saudara jauhnya bercampur dengan kekaguman karena ada seorang bapak-bapak yang bisa ngomong sama monyet. Sayangnya si bapak itu nggak difoto.





Di penangkaran primata ini, banyak primata-primata yang tinggal sendirian. Kasihan, apalagi ada yang galau ingin punya teman sekandang. Seharusnya pengurus kebun binatang bisa lebih memperhatikan kondisi hewan-hewan yang ada disini. Banyak hewan-hewan yang sepertinya ditinggal mati teman sekandangnya, jadinya galau dan kesepian ala Vierra. Ada juga hewan yang galau karena kandangnya udah nggak terawat dengan baik. Kasihan pokonya. Nggak aneh makanya kenapa ada burung-burung yang bisa lepas dari kandangnya dan kabur ke alam bebas.

Setelah puas melihat primata, kami jalan-jalan ke area kandang hewan-hewan karnivora super sekali ala Mario Teguh. Rupanya, ada harimau yang sedang galau, singa yang galau, dan juga macan yang galau. Yah, kalau semua hewan pada galau, nanti siapa yang jadi macan Biskuat? (eh?)




Hewan-hewan sudah pada difoto, dan tentunya photo-session untuk makhluk Tuhan yang namanya manusia juga nggak bisa dilewatkan. Kebanyakan yang nangkring di album foto itu Dea Ananda dan Amalia Dwi Explorer.

Siapa luwaknya? Yang kanan atau yang kiri? *nahloh*



























Dan ada hal seru lainnya! Ketika naik perahu, awalnya Hadi dan Fath malas buat ikutan. Tapi, yah sekedar naik perahu dengan tiket tiga ribu aja per orang, akhirnya mereka ikut naik perahu dan keliling-keliling danau kecil. Di tengah danau, ada dua buah pulau dengan primata yang berhabitat disana. Cukup rame juga hiburan naik perahu ini, karena di UPI gak ada perahu dan keliling danau. Ketika selesai dan perahu udah kembali ke dock, si Hadi tiba-tiba lompat dari perahu dan menyebabkan perahu oleng dan hampir kebalik! Benar-benar fantastis, spektakular, bombastis, mutakhir, faktual, dan (tidak) berimbang, seperti kata Om Tukul!

Wah koleksi fotonya rupanya masih banyak, tapi pasti lama kalau di-upload semua. Itulah laporan kami dari Kebun Binatang Bandung dengan hingar bingarnya hewan disana sini. Saya Klaus Rachman, melaporkan!

No comments:

Post a Comment

Post some comments, maybe a word two words or a long long paragraph :)