Translate This Page

Thursday, August 25, 2011

The Honorable, Angkot Driver

Saya sepertinya sudah tak asing lagi dengan perilaku beberapa supir angkot yang sepertinya really out of their mind. Tapi asing tak asing sebenarnya bukan esensi yang mau saya ceritakan. Masalahnya, sikap yang ugal-ugalan dan sengene dari beberapa supir angkot bikin saya males untuk naik angkot.

Sebagai mahasiswa (mahasiswa baru ceritanya *aciecie*), angkot adalah pilihan transportasi yang cukup murah dengan pilihan trayek yang bervariasi. Wahai kalian yang merindukan suasana downtown yang hingar bingar silahkan naik angkot jurusan Kalapa-Ledeng yang ngelewatin BIP dengan hingar bingar tukang dagang kondom HP, topi, kalung, cincin, sampe jual hewan kayak anjing dan kucing. Kalo ingin offroad, naek angkot jurusan Cimahi-Ledeng. Silahkan menikmati suasana wavy road yang mengocok perut. Kalo saya sendiri sih naik angkotnya jurusan Bahasa dan Sastra Inggris (eeaaaaaa!).

Nah, karena angkot itu biayanya terbilang murah dan sekaligus membantu mengurangi polusi dengan penggunaan angkutan umum yang otomatis mengurangi penggunaan kendaraan pribadi (tapi tetep ah polusinya malah tambah parah), maka naik angkot adalah pilihan yang cukup bijak untuk mahasiswa terutama di tanggal-tanggal bokek. Tapi memang ya Tuhan itu adil, ada nilai plus, ada juga nilai minus, seperti halnya IPK yang mendaki gunung lewati lembah. Naik angkot itu kalau lucky, bisa dapetin angkot dengan suasana nyaman, nggak sesak, adem, dan buat kaum hawa, sopirnya masih muda dan cakep. Tapi kalo Dewi Fortuna sedang tidak berpihak, ya silakan nikmati sajian panas, ngetem, sesak, dan supir angkot menyebalkan.

Yang ingin saya kemukakan sebenarnya semacam protes kepada supir angkot, terutama untuk angkot jurusan Cimahi-Ledeng, tapi tidak menutup kemungkinan untuk jurusan-jurusan lain. Beberapa supir angkot sepertinya marah karena nggak lolos seleksi film "Fast and Furious" dan melampiaskan kekesalannya pada kendaraannya. Seringkali angkot yang saya tumpangi itu dikemudikan seenaknya, secepat yang supirnya mau, dan seberingas mungkin. Padahal, si supir tahu kalau yang dia bawa itu penumpangnya manusia, bukan celengan kelinci, ayam, ato babi. Katakanlah begini, kalo si supir itu mengemudi asal-asalannya ketika dia lagi sendiri, ya kalopun kecelakaan kan dia aja yang celaka. Yeah, paling ada beberapa oknum tak bersalah yang ikut jadi korban. Lah tapi kalo dalam keadaan angkotnya penuh? Bayangin itu nyawa-nyawa angkot warrior mau pada dikemanain? Mau dikorbankan begitu aja? Sementara banyak angkotters yang mahasiswa sedang menimba ilmu, guru-guru yang pergi berbagi ilmu, para petani dan pedagang yang memakmurkan bangsa, sampai ibu-ibu PKK yang mewarnai rumah-rumah dengan teriakkan dan kocokan arisan. Bayangkan! Bayangkan betapa egoisnya si supir angkot yang tidak memikirkan penumpang di belakangnya!

Saya sudah kesal sebetulnya dengan keadaan seperti ini, terutama ketika angkot itu sering ngerem mendadak. Karena postur tubuh saya chibi dan seksi, seringkali ketika ngerem mendadak, saya jatuh tersungkur seperti Cinderella yang didorong oleh ibu tirinya yang kejam dan biadab. Dan saya pun diliatin sama orang-orang lain di angkot yang mungkin menahan tawa karena melihat betapa lucunya saya, atau menangis sedih karena seorang saya, Mario Maurer KW Super harus mengalami kejadian pahit itu. Belum lagi jika medan yang ditempuh adalah medan offroad. Biasanya sampai rumah saya sering minta di-shiatsu karena nggak tau leher saya apa udah pindah ke dengkul atau mungkin pindah ke punggung.

Jadi dengan sangat hormat kepada para supir angkot, tolong perlakukanlah penumpang kalian dengan baik dan bijak. Kalian ini membawa manusia, bukan benda mati. Jadi tolong jaga dan pastikan keamanan para penumpangnya terjamin. Terutama jika didukung oleh fasilitas asuransi yang memadai. Terima kasih.