Translate This Page

Wednesday, July 21, 2010

Irreversibility Makes It Sounds Impossible, It's Irreversible

Kelas biologi pertama di tahun ke tiga ini, dimulai dengan bab mengenai pertumbuhan. Apa yang Kazu dapat? Definisi mengenai pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan jumlah dan massa sel sehingga menyebabkan terjadinya pertambahan berat dan tinggi makhluk hidup. Salah satu ciri-ciri dari pertumbuhan ialah tidak dapat diulang kembali ke pengaturan awal (semacam reset) atau disebut sebagai 'Irreversible'.

Kaitan dari irreversible dengan topik yang Kazu buat kali ini mengenai waktu. Waktu bersifat irreversible (unless you have a time machine), yang berarti bahwa waktu tidak dapat diulang kembali. Satu tahun yang lalu, satu bulan, satu minggu, satu hari, satu jam, satu menit, bahkan sedetik yang lalu tak dapat diulang lagi. Memang tidak ada yang tidak mungkin (kalau Tuhan menghendaki bisa saja kita berjalan mundur ke beberapa waktu silam), tapi secara umum waktu memang bersifat terus berjalan dan memang begitu adanya.

Terkadang melewati sesuatu yang telah kita lewati membuat sebuah kerinduan akan hal tersebut. Hal yang terkadang terlihat biasa saja dan tidak menarik, justru membuat kerinduan tersendiri. Entahlah, Kazu tiba-tiba merindukan masa-masa kecil dimana apa yang harus dipikirkan hanyalah what-to-play dan something-new-to-learn. Masa kecil Kazu tidak bisa diingat dengan baik, berhubung manusia memiliki amnesia terhadap masa kecil (biasanya amnesia di usia 1 atau 2 tahun, bahkan 3 tahun mungkin). Tapi, di tahun-tahun awal preschool dan sekolah dasar ingatan itu masih melekat walaupun tak melekat kuat. Kazu ingat pertama masuk sekolah dasar dan sedikit kaget dengan tes golongan darah. Lalu, ketakutan anak-anak kalau petugas dari klinik datang untuk imunisasi. Sebenarnya yang tiba-tiba sangat Kazu rindukan bukan kenangan masa kecil di sekolah dasar atau playgroup, tapi kenangan masa kecil ketika di rumah.

Kenangan itu tiba-tiba muncul lagi ketika tempo hari lalu, Kazu pergi ke sebuah shopping center dengan bunda dan ayah. Saat melihat sebuah factory outlet gelar sale, maka otomatis kaki ini melangkah kesana. Dan diantara baju-baju, celana, jaket, tank, boxer, sampai kimono itu terdapat satu area dimana terdapat banyak piyama. Sebenarnya tidak ada yang benar-benar secara extreme menarik, kecuali gambar-gambar kartun di piyama itu dan bahan flannel dari piyamanya. Tetapi, Kazu ingat saat-saat masih menggunakan piyama sebelum tidur.

Tinggi badan Kazu kayanya masih pendek waktu itu, dimana Kazu sering coba bandingkan dengan koko atau cici yang sudah tinggi. Bahkan untuk ambilkan gelas atau piring di lemari bagian atas aja harus minta tolong. Tubuh Kazu yang chibi itu masih pantas buat pakai baju semacam piyama buat tidur. Kazu punya beberapa piyama, ada yang bergambar beruang, kelinci, ada juga yang bertuliskan alfabet ABC, batik, dan banyak lagi. Ada lagi yang bergambar keluarga beruang dan alfabet, atau corak kotak-kotak warna warni. Piyama itu benar-benar compliments perfectly dengan skema warna dan corak gambar bedsheet Kazu. Ada beberapa bedsheet yang Kazu ingat, corak Winnie The Pooh, beruang, bebek, dan lain-lain. Warna-warna cerah, hangat, namun tetap mencerminkan kesejukan seperti baby blue, hijau muda pucat, atau lemon chiffon benar-benar menggambarkan situasinya. Bayangkan berada di sebuah kamar bayi atau kamar anak usia prasekolah dengan poster-poster Spiderman, Batman, Mickey Mouse, bahkan Looney Tunes. Then you know how does it seem to be.

Piyama itu mungkin terlihat biasa saja buat sebagian orang, dan kenangan tentang piyama ini mungkin terlihat childish buat sebagian orang. But unlike me, piyama ini menyimpan banyak kenangan berharga. Banyak kejadian yang Kazu lalui ketika mengenakan piyama-piyama tersebut. Dimarahi papa, bermain dengan cici atau koko, belajar berhitung, dan banyak lagi menggunakan piyama tersebut. Ingatan masa kecil yang sempat hilang sejenak akhirnya dimunculkan lagi oleh piyama tersebut.

Kazu coba tanya bunda tentang piyama itu.
"Bun, boleh ga beli piyama lagi?"
Lantas jawabannya, "Ngga usah dek, kan sudah besar. Pakai Tees biasa saja.."

Seandainya bisa mengulang lagi..

Piyama itu berbahan flannel berwarna dasar biru muda, dengan gambar kartun kesukaan Kazu. Piyama itu teronggok disana, dibeli oleh bunda namun bukan untuk Kazu. Piyama itu digantung di lemari baju setelah dicuci bersih. Piyama itu menunggu seseorang untuk mengenakannya. Kazu berharap bisa mengenakannya, sekali lagi. Sayang waktu terus berjalan, kedewasaan pun dimulai. Kazu tak bisa terus-terusan hidup dengan piyama anak itu terus menerus dan bagaimanapun piyama itu harus berganti pemilik. Sebesar apapun kenangan yang dibawanya tapi tetap tubuh ini bertambah besar dan piyama itu tak muat lagi. Jika saja tubuh ini sebesar waktu itu, mungkin piyama itu masih tetap bisa bertengger di tubuh Kazu yang sekarang juga masih chibi ini. Tubuh yang sudah besar tak bisa lagi menjadi pendek, karena bagaimanapun juga serial Detective Conan hanyalah fiksi. Tak bisa Kazu kembali menjadi anak usia 5 tahun berlarian menggunakan piyama. Tak bisa lagi, itu sudah lalu.


Tuhan, Kazu rindu masa kecil itu.. Tak bisa diulang: Irreversible

The Art of Cloudy Day : "Raindrops on The Roof, A Glass of Honeylime Tea, And An Acoustic Guitar"


Life is so colorful, but sometimes you need to be monochromatic. Cloudy sky is basically regarded as the sign of sadness or something sorrow. Unlike that common thought, cloudy sky is something soothing for me. A melancholic session where you can reflect yourself.

My elder brother and I were going somewhere. We found a cloudy sky, and it was about raining. We took some pictures there.


The person on the picture above was me. I edited my picture and made it more dramatic. It seemed to be darker cloudy sky. I loved the grayscale.


Sometimes you see or get something dramatic on a cloudy day


I got you cycling 'dramatically' through the rain, sir.. You should have stopped for a while, and also a cup of coffee there.