Translate This Page

Thursday, March 22, 2012

Merendah, Untuk Meroket?

Litotes. Sebuah majas yang penggunaannya saya rasa nggak asing lagi di kehidupan sehari-hari. Dalam form yang berbeda-beda, kita bisa menebak kalimat tersebut menggunakan majas ini atau tidak. Litotes, majas yang fungsinya untuk menurunkan kualitas sifat atau keadaan sesuatu atau seseorang dari sifat atau keadaan faktualnya. Digunakan biasanya untuk merendah, supaya kesan yang lebih lemah lembut bisa tercapai. Contohnya dalam kalimat kasual:

"Santai aja, walopun duit gue cuman seperak tapi gue mau kok traktir lu pada,"

Seperak dalam kalimat itu nggak berarti duitnya bener-bener satu perak. Ya, mungkin duitnya nggak banyak tapi seengganya cukup buat traktir temen-temennya. Kesan yang dibuat dari kalimat itu jadi terasa lebih nyaman, sehingga si pembicara nggak terkesan mengagungkan hartanya.

But time changes, so do things. Penggunaan litotes sekarang malah jadi ajang buat meroket alias menyombongkan diri. Banyak contoh yang nggak perlu dibahas lagi dan pemakaiannya udah sering digunakan sehari-hari. Beberapa mungkin digunakan dalam konteks bercanda atau gurauan. Tapi gimana kalau konteksnya malah jadi buat 'beneran' meroket? Menurut hemat saya, kalau memang mau meroket ya sekalian aja gunakan kata-kata yang emang apa adanya. Kalau memang sarkastik, ya sarkasme-nya pakai aja jangan tanggung-tanggung. Untuk meroket dengan pernyataan sarkastik aja udah cukup bikin kesal, apalagi pakai litotes. That is very despicable somehow. Dan inilah kenyataannya, litotes udah bukan dipakai untuk menghaluskan atau membuat kesan lebih lembut pada suatu kalimat. Sekarang, litotes udah bisa dipakai buat menyombongkan diri.

"Apaan, aku orang nggak punya,"

Padahal hartanya kebanyakan, sampe garasinya gak cukup buat koleksi mobilnya.

"Aku nggak bisa apa-apa,"

Padahal multi-talented.

Jadi bagaimana seharusnya kita menggunakan majas litotes itu? Dan bagaimana supaya penggunaan majas litotes kita nggak dianggap sebagai 'merendah untuk meroket'? Use it properly. Kalau memang kita punya kelebihan dalam satu atau beberapa hal, maka bersikap transparan aja terhadap kelebihan itu, dengan tetap tidak menyombongkan atau melebih-lebihkan kelebihan yang ada. Kalo memang kita ada kekurangan, ya sudah jangan ditambah pake litotes. Kekurangan yang kita jelaskan pake majas litotes malah bikin kita seolah nyari simpati. Apa adanya saja. Nggak perlu merendah untuk meroket, karena sebuah roket meluncur itu dengan dorongan mesinnya, bukan ditarik dulu ke bawah lalu dipantulkan kayak ketapel.