Ah, setelah kemarin-kemarin ini banyak nge-review Kpop, sekarang saya mau coba review Jpop. Saya awalnya berkutat di genre ini juga, yah kisaran lagu-lagu anime dan GST sih, sebelum akhirnya me-review Kpop. Tapi bagaimanapun juga, buat saya Jpop itu masih nggak bisa dibandingkan sama Kpop, karena beberapa perbedaan dari segi aransemen dan lirik yang menurut saya masih bisa menang kalau dibandingkan dengan Kpop. Sementara Kpop banyak mengeluarkan lagu-lagu dengan subgenre dance atau electronica, di Jpop saya masih banyak lihat dan dengar lagu-lagu yang subgenrenya rock, pop, bahkan ballad. Dan aransemen di lagu-lagu Jpop pilihan saya ini rupanya nggak main-main. Beberapa artis seperti Suemitsu & The Suemith banyak mengeksplorasi musik mereka dengan instrumen andalan mereka, yaitu piano. Contoh lainnya seperti Akeboshi, memadukan unsur alat musik tradisional Jepang dan piano ballad dengan ketukan yang nggak lazim, yaitu 5/4 dalam lagu Wind.
Nah, langsung aja saya akan me-review beberapa lagu pilihan saya. Beberapa terbilang lagu jadul sih, tapi dari segi aransemen musiknya, tetep nggak terkalahkan dan sukses bertahan di playlist lagu saya.
Suemitsu & The Suemith
Sagittarius
Lagu yang jadi soundtrack anime Nodame Cantabile ini menarik perhatian saya dengan aransemen pianonya sebagai instrumen utama, dan covernya yang bikin saya meriding sekaligus kagum. Oh, rasanya ingin punya piano dengan case transparan seperti di cover Sagittarius ini! Sagittarius diawali dengan melodi yang dibentuk dari block-chord dengan basic chord B-flat Major 7. Seiring lagu berjalan, instrumen pengiring seperti electric guitar, drum, dan string section ikut mewarnai penggambaran langit biru tua dengan taburan bintang pada lagu bertema cinta yang dibalut dalam nuansa astronomi dan aransemen rockestra ini. Pada bagian akhir lagu, ada notasi string section yang terdengar rumit dan membawa nuansa misterius. Kalau buat saya, lagu ini cocok didengerin malam hari.
Allegro Cantabile
Lagu yang bermain di tempo riang ini didominasi oleh piano, yang diiringi oleh aransemen rock yang meriah. Chord dasar lagu ini berubah-ubah, seiring pergerakan lagu ke bagian lagu berikutnya. Di intro dan verse awal, lagu ini main di chord C major, lalu pindah ke A major, lalu pindah lagi ke C-sharp major. Sebenernya kalau denger lagu ini terlalu sering, bawaannya jadi capek, karena aransemennya yang meriah, riang, lincah, seolah nggak ada istirahatnya.
Sonatine
Masih merupakan bagian soundtrack dari anime Nodame Cantabile, lagu yang satu ini lebih menonjolkan rasa musik klasik dari notasi piano, terutama pada bagian intro. Kesannya seperti piece sonatina klasik, dengan melodi piano yang dibentuk dari not-not 1/16. Tempo yang nggak begitu cepat dan nggak hingar bingar kayak Allegro Cantabile, membuat lagu ini lebih 'adem' buat didengerin. Aransemennya masih berbau rock walaupun nggak begitu banyak distorsi terdengar.
Angela Aki
Surrender
Perempuan berdarah Jepang-Amerika-Italia ini pertama kali menarik perhatian saya dengan lagunya yang berjudul Sakurairo (サクラ色), yang waktu itu MV-nya ditayangkan di sebuah stasiun TV swasta. Selain itu, penampilannya yang sederhana, dan sesekali terlihat tomboy jadi point of interest-nya Angela. Dari situ saya mulai dengar lagu-lagunya Angela Aki. Salah satu yang paling bikin saya kagum adalah lagu "Surrender" ini. Lagu dengan genre orchestral pop ini bikin saya terpukau dengan permainan piano Angela, yang diiringi oleh iringan orkestra yang powerful dan megah. Lagu yang bermain di chord dasar C major dan tempo yang nggak begitu cepat ini (antara Allegretto atau Animato) menyuguhkan musik piano yang progresif, dipadupadankan dengan karakter vokal Angela yang khas dan orkestrasi mewah. Liriknya yang ditulis dalam bahasa Inggris juga penuh dengan makna. Lagu ini juga berhasil jadi lagu pengiring tidur buat saya.
Sakurairo (サクラ色)
Pop ballad yang satu ini dikemas dalam tempo sedang dan aransemen piano ballad, mirip-mirip sama lagu-lagunya Kiroro. Sebagai piano ballad, tentu saja piano masih menjadi instrumen utama di lagu ini, yang dikasih sentuhan manis string section dan bass yang bikin hati deg-degan (loh?). MV-nya yang menjadi alasan kenapa saya kagum sama Angela ini berlokasi di sebuah kamar apartemen, dimana Angela bermain piano disana dan bunga-bunga sakura berjatuhan di sekitar tempat ia bermain piano. Buat saya MV-nya romantis.
Knockin' On Heaven's Door
Dan salah satu lagu kesukaan saya pun dibawakan oleh Angela Aki dengan aransemen yang baru dan berbeda. "Knockin' On Heaven's Door" merupakan sebuah lagu yang menceritakan pesan terakhir seorang deputy (semacam petugas polisi atau mungkin Sheriff) yang sekarat dan sedih karena nggak bisa meneruskan pekerjaannya lagi. Angela di albumnya yang berjudul "ANSWER" menyanyikan lagu ini dalam versi bahasa Jepang, dengan aransemen yang sederhana tapi tetep asyik didengar. Saya rasa ini lagu yang wajib didengar sama penyuka lagu-lagu Angela Aki.
Black Glasses
Berbeda dengan lagu-lagu yang saya review sebelumnya, lagu Angela yang satu ini sifatnya lebih riang dan lucu. Dengan aransemen yang mirip aransemen pop taun 70an, Angela Aki menceritakan tentang kacamata hitamnya. Tempo yang sedang tapi beat yang lincah jadi kunci di lagu ini.
Akeboshi - Wind
Soundtrack anime Naruto yang satu ini rupanya masih jadi favorit para pemain piano karena aransemen pianonya yang unik dan nggak lazim. Secara keseluruhan aja, lagu ini main dengan ketukan 5/4, ketukan yang bahkan nggak semua orang sudah merasa familiar. Lagu ini memadukan aransemen piano, dengan alat musik tiup (semacam flute), gitar dan string section. Gak jarang banyak orang ketika mau main piano lagu ini jadi agak pusing dengan ketukannya yang cukup tricky ini. Tapi overall, lagu ini menyajikan gambaran petualangan Naruto dan teman-temannya, menembus kegelapan hutan Jepang. Yah, cocok lah sama anime-nya.
Yui Aragaki - Akai Ito (赤い糸)
Lagu "Akai Ito" versi Yui Aragaki lebih saya sukai sebenernya dibandingkan versi band aslinya, Kobukuro. Di versi yang satu ini, lagu Akai Ito lebih terdengar atraktif dengan aransemen yang lebih 'hebring' dibandingkan versi aslinya. Instrumen utamanya folk guitar dan piano, ditambah sentuhan string section yang bikin nuansa orchestral pop. Sedikit distorsi ngasih kesan tegas di lagu ini (pada bagian chorus, bisa diperhatikan baik-baik ada distorsi dari gitar). Pertama kali saya denger lagu ini ketika Nuning, temen les piano saya kasih denger saya lagu ini. Dia bilang, dia suka sama aransemen pianonya, dan ternyata memang benar, aransemen untuk pianonya memang enak didengar. Pada bagian verse kedua setelah chorus pertama, ornamen pianonya terdengar sederhana, tapi lincah dan alegorik. Sebagai perbandingan, boleh deh didenger juga lagu "Akai Ito" versi Kobukuro.
Kiroro
Ano Goro (あの頃)
Duo pianist-vocalist Jepang ini menampilkan power ballad di lagu "Ano Goro". Lagu ini dimulai tanpa intro, jadi pada permulaan lagu, langsung masuk block-chord piano dan vokal yang menyanyikan verse awal lagu. Nuansa power ballad terdengar dari distorsi gitar yang bisa didengar sepanjang lagu berjalan. Tempo sedang, dengan aransemen yang nggak terkesan mellow tapi tetep bisa dapetin feel ballad-nya bikin saya suka sama lagu ini.
Mirai He (未来へ)
Piano pop jadul ini masih enak aja buat didengerin. Aransemen yang sederhana, dengan piano, folk guitar, drum, dan sedikit nuansa orkestra bisa didapetin di lagu ini. Lagu ini menceritakan tentang seorang ibu dan anaknya yang berjalan menapaki detik demi detik sambil melihat nilai-nilai kehidupan.
Mika Nakashima - Love Addict
Lagu ini dikemas dalam aransemen big-band, orchestral jazz yang mewah. Karakter vokal Mika yang manis dan catchy, dipadukan dengan iringan big band dan orkestra menjadikan lagu ini terkesan classy. Lagu dengan durasi yang cukup panjang ini cocok didengerin di malam hari, ketika berkendara dengan mobil pribadi di kota. Nuansa jazz akan menemani perjalanan kita melewati jalanan kota.
Duh, sebenarnya saya masih ingin share dan review lebih banyak lagu lagi, tapi karena keterbatasan waktu juga jadi saya cuman bisa share segini. Kedepannya semoga saya bisa share lebih banyak lagu-lagu lain dengan aransemen yang lebih menarik dan unik. Semoga referensinya bermanfaat :D
Translate This Page
Thursday, January 12, 2012
Bermain Di Kebun Binatang
Wah, senangnya! Akhirnya kemarin ini sempat bermain ke Kebun Binatang Bandung, arena rekreasi yang terakhir kali saya kunjungi waktu saya SD. Bermodalkan nekat nerjang hujan dan niat dadakan, akhirnya tim penyelamat hewan yang beranggotakan Go, Diego Go! alias saya sendiri, Amalia Dwi Explorer, Dea Ananda, Hadi No Smoking, dan Fath Less Do More ini pergi ke kebun binatang setelah ngambil kartu FRS dan nunggu jadwal dosen PA yang ternyata belum ada. Menaiki angkot hijau legendaris Cicaheum-Ledeng, kami akhirnya sampai di kebun binatang yang rupanya nggak begitu ramai sama pengunjung. Dengan begini, si Amel bisa lebih menghayati perjumpaannya dengan kerabat sangat jauhnya (eh?)
Bermodalkan uang lima belas ribu rupiah aja, anda sudah bisa mendapatkan tiket masuk monokrom bergambar macan ini! Hebat kan? *biasa aja sih sebenernya* Tapi ya sudahlah toh macannya aja nggak protes. Nah, sampai di kebun binatang, rupanya ada banyak yang berubah, dari mulai exhibit sampai environmental design. Yang pertama kita datangi adalah kandang beruang madu. Oh, tiba-tiba saya inget Winnie The Pooh...
Rupanya waktu datang, beruang yang ada di exhibit jumlahnya sedikit. Kemanakah beruang-beruang itu pergi? Kan nggak mungkin beruangnya pergi sebentar buat main ke CiWalk. Itu fiksional sekali, ah tapi gapapa bagus juga beruang butuh hiburan juga kan? *ngomong apa saya ini*
Beres mengunjungi Pooh, saya sama teman-teman mengunjungi kandang buaya. Oh, lihatlah para buaya darat ini yang sering menipu hati para wanita, termasuk Mulan Kwok dan Maia Estianti dari Ratu (loh?). Buaya-buaya yang kelihatannya jinak padahal galak itu sedang bersantai, berjemur di pinggir kolam. Dan yang mengejutkan, di dekat tembok pembatas exhibit buaya, ada sebuah sepatu bayi yang tergeletak begitu saja!
Pertanyaan saya sama teman-teman adalah, apa yang terjadi dengan bayi ini? Apakah ada orangtuanya yang jahat lalu melempar bayi tak berdosa ini ke kandang buaya untuk dimakan? Atau bayinya yang galau lalu bunuh diri dan sendalnya nyangkut dan jatuh? Atau bayi yang dilempar orangtuanya untuk diadopsi dan diasuh oleh buaya tersebut dan berubah menjadi buaya setelah meminum ramuan Polyjuice? Ini merupakan misteri Ilahi rupanya. Ah sudahlah, akhirnya kami capcus ke kandang berikutnya. Langsung kami main-main ke area reptil, lihat kura-kura yang berlibur ala kaum jetset, komodo galau, lihat-lihat ular yang sebenarnya saya nggak suka dan nggilani ngeliatnya. Lalu pergi juga ke aviary, lihat-lihat burung yang aneh-aneh sampai warna-warni.
Dan akhirnya tibalah kami di kandang primata. Saya nggak mau banyak komentar disini. Pokoknya rasa haru melihat teman saya akhirnya bisa bertemu saudara jauhnya bercampur dengan kekaguman karena ada seorang bapak-bapak yang bisa ngomong sama monyet. Sayangnya si bapak itu nggak difoto.
Di penangkaran primata ini, banyak primata-primata yang tinggal sendirian. Kasihan, apalagi ada yang galau ingin punya teman sekandang. Seharusnya pengurus kebun binatang bisa lebih memperhatikan kondisi hewan-hewan yang ada disini. Banyak hewan-hewan yang sepertinya ditinggal mati teman sekandangnya, jadinya galau dan kesepian ala Vierra. Ada juga hewan yang galau karena kandangnya udah nggak terawat dengan baik. Kasihan pokonya. Nggak aneh makanya kenapa ada burung-burung yang bisa lepas dari kandangnya dan kabur ke alam bebas.
Setelah puas melihat primata, kami jalan-jalan ke area kandang hewan-hewan karnivora super sekali ala Mario Teguh. Rupanya, ada harimau yang sedang galau, singa yang galau, dan juga macan yang galau. Yah, kalau semua hewan pada galau, nanti siapa yang jadi macan Biskuat? (eh?)
Hewan-hewan sudah pada difoto, dan tentunya photo-session untuk makhluk Tuhan yang namanya manusia juga nggak bisa dilewatkan. Kebanyakan yang nangkring di album foto itu Dea Ananda dan Amalia Dwi Explorer.
Dan ada hal seru lainnya! Ketika naik perahu, awalnya Hadi dan Fath malas buat ikutan. Tapi, yah sekedar naik perahu dengan tiket tiga ribu aja per orang, akhirnya mereka ikut naik perahu dan keliling-keliling danau kecil. Di tengah danau, ada dua buah pulau dengan primata yang berhabitat disana. Cukup rame juga hiburan naik perahu ini, karena di UPI gak ada perahu dan keliling danau. Ketika selesai dan perahu udah kembali ke dock, si Hadi tiba-tiba lompat dari perahu dan menyebabkan perahu oleng dan hampir kebalik! Benar-benar fantastis, spektakular, bombastis, mutakhir, faktual, dan (tidak) berimbang, seperti kata Om Tukul!
Wah koleksi fotonya rupanya masih banyak, tapi pasti lama kalau di-upload semua. Itulah laporan kami dari Kebun Binatang Bandung dengan hingar bingarnya hewan disana sini. Saya Klaus Rachman, melaporkan!
Bermodalkan uang lima belas ribu rupiah aja, anda sudah bisa mendapatkan tiket masuk monokrom bergambar macan ini! Hebat kan? *biasa aja sih sebenernya* Tapi ya sudahlah toh macannya aja nggak protes. Nah, sampai di kebun binatang, rupanya ada banyak yang berubah, dari mulai exhibit sampai environmental design. Yang pertama kita datangi adalah kandang beruang madu. Oh, tiba-tiba saya inget Winnie The Pooh...
Rupanya waktu datang, beruang yang ada di exhibit jumlahnya sedikit. Kemanakah beruang-beruang itu pergi? Kan nggak mungkin beruangnya pergi sebentar buat main ke CiWalk. Itu fiksional sekali, ah tapi gapapa bagus juga beruang butuh hiburan juga kan? *ngomong apa saya ini*
Beres mengunjungi Pooh, saya sama teman-teman mengunjungi kandang buaya. Oh, lihatlah para buaya darat ini yang sering menipu hati para wanita, termasuk Mulan Kwok dan Maia Estianti dari Ratu (loh?). Buaya-buaya yang kelihatannya jinak padahal galak itu sedang bersantai, berjemur di pinggir kolam. Dan yang mengejutkan, di dekat tembok pembatas exhibit buaya, ada sebuah sepatu bayi yang tergeletak begitu saja!
Pertanyaan saya sama teman-teman adalah, apa yang terjadi dengan bayi ini? Apakah ada orangtuanya yang jahat lalu melempar bayi tak berdosa ini ke kandang buaya untuk dimakan? Atau bayinya yang galau lalu bunuh diri dan sendalnya nyangkut dan jatuh? Atau bayi yang dilempar orangtuanya untuk diadopsi dan diasuh oleh buaya tersebut dan berubah menjadi buaya setelah meminum ramuan Polyjuice? Ini merupakan misteri Ilahi rupanya. Ah sudahlah, akhirnya kami capcus ke kandang berikutnya. Langsung kami main-main ke area reptil, lihat kura-kura yang berlibur ala kaum jetset, komodo galau, lihat-lihat ular yang sebenarnya saya nggak suka dan nggilani ngeliatnya. Lalu pergi juga ke aviary, lihat-lihat burung yang aneh-aneh sampai warna-warni.
Dan akhirnya tibalah kami di kandang primata. Saya nggak mau banyak komentar disini. Pokoknya rasa haru melihat teman saya akhirnya bisa bertemu saudara jauhnya bercampur dengan kekaguman karena ada seorang bapak-bapak yang bisa ngomong sama monyet. Sayangnya si bapak itu nggak difoto.
Di penangkaran primata ini, banyak primata-primata yang tinggal sendirian. Kasihan, apalagi ada yang galau ingin punya teman sekandang. Seharusnya pengurus kebun binatang bisa lebih memperhatikan kondisi hewan-hewan yang ada disini. Banyak hewan-hewan yang sepertinya ditinggal mati teman sekandangnya, jadinya galau dan kesepian ala Vierra. Ada juga hewan yang galau karena kandangnya udah nggak terawat dengan baik. Kasihan pokonya. Nggak aneh makanya kenapa ada burung-burung yang bisa lepas dari kandangnya dan kabur ke alam bebas.
Setelah puas melihat primata, kami jalan-jalan ke area kandang hewan-hewan karnivora super sekali ala Mario Teguh. Rupanya, ada harimau yang sedang galau, singa yang galau, dan juga macan yang galau. Yah, kalau semua hewan pada galau, nanti siapa yang jadi macan Biskuat? (eh?)
Hewan-hewan sudah pada difoto, dan tentunya photo-session untuk makhluk Tuhan yang namanya manusia juga nggak bisa dilewatkan. Kebanyakan yang nangkring di album foto itu Dea Ananda dan Amalia Dwi Explorer.
Siapa luwaknya? Yang kanan atau yang kiri? *nahloh* |
Dan ada hal seru lainnya! Ketika naik perahu, awalnya Hadi dan Fath malas buat ikutan. Tapi, yah sekedar naik perahu dengan tiket tiga ribu aja per orang, akhirnya mereka ikut naik perahu dan keliling-keliling danau kecil. Di tengah danau, ada dua buah pulau dengan primata yang berhabitat disana. Cukup rame juga hiburan naik perahu ini, karena di UPI gak ada perahu dan keliling danau. Ketika selesai dan perahu udah kembali ke dock, si Hadi tiba-tiba lompat dari perahu dan menyebabkan perahu oleng dan hampir kebalik! Benar-benar fantastis, spektakular, bombastis, mutakhir, faktual, dan (tidak) berimbang, seperti kata Om Tukul!
Wah koleksi fotonya rupanya masih banyak, tapi pasti lama kalau di-upload semua. Itulah laporan kami dari Kebun Binatang Bandung dengan hingar bingarnya hewan disana sini. Saya Klaus Rachman, melaporkan!
Subscribe to:
Posts (Atom)