I had taken several pictures of Kalifa and yeah I loved those pictures. I took one of my favorite and edited the picture on Corel PHOTO-PAINT.
The picture above was the original file from my favorite one. If you view it closely or closer, you'll see a lot of grains (noise) and it doesn't look so cool. I found a big area of noises so I decided to edit the picture.
After the picture had been loaded, I clicked 'Adjust' menu and chose 'Image Adjustment Lab' submenu. The box like shown above would appear. It had 2 pictures, the picture in the right side was the preview of the settings. I set the temperature, saturation, highlights, midtones, shadows, and else. The changes were shown above. But, it looked like the temperature of the picture was warm and actually I loved when it was blue so I made new settings of temperature.
Nah, by setting the temperature level, saturation, and other triggers I would get new-cool picture. Note two snapshots under the two main and preview pictures. I could call it 'preset'. I loved the new one so I chose the 'blue' one.
But it wasn't blue enough for me so again I had to set the tone curve.
You might try to adjust the tone by yourself by dragging the curve, adding nodes to create a curve and more. I added a node and created a curve, dragged and adjust it until I got the result I wanted. And the picture above looked a bit saturated like old-photograph :D
Noise! The picture still had an amount of noise area. I could eliminate the noise by using Smart Blur effect. I clicked on 'Effect' menu, chose 'Blur' and chose 'Smart Blur'.
Smart Blur could smartly eliminate noise appearing in the picture. But, it'd be better to not use a large amount of blur. I set it into 4 and it was enough to eliminate the noise. Okay, so then what else would I do? Yap! I got the result and..
Tadaaaaa!
Kalifa : I Love When It's Blue!
Translate This Page
Tuesday, August 3, 2010
Panic at 8:17 PM
Successfully opened my eyes but I barely got up from my bed. Everything looked so hazy, that I could barely get several notification from Facebook on my tablet. Oh great, congratulation for myself, the guitarist and the vocal group for the winning of the competition we had had on the afternoon.
Finally I sat on my bed and looked around me. Realizing that no one was in the bedroom except me and the head felt so heavier, I tried to call my brother. He didn't answer me. I called him a bit louder, then louder, and much louder until I had what they used to call it a hoarse-voice. Suddenly, I couldn't breathe freely. Something must had blocked the air through into the nasal cavity. Again, the head felt much much heavier and got a superturbulence-dizziness. I screamed to call anyone and I bet they were so dumb to come towards me.
I forced myself to go downstairs and there was damn no one in the downstairs. My maid seemed to be so busy in the kitchen. I didn't see my brother and I shouldn't ask where were my parents. They weren't home. Ough, I wished I could transport myself. I wasn't sure whether I would go downstairs safely or not. The staircases seemed to be steeper than the ones I used to step on. It wasn't something funny when I walked and held on the railings tightly. I might fall and even kill myself. My voice didn't sound so clear, it was a hoarse-voice. I kept calling my maid or anyone else please just bring me some pills! I barely saw anything clearly, everything seemed so hazy. Just on the 3rd last staircase, I felt something dropped from my nose. Was that a drop of snot?! Pah, so much disgusting. But, that wasn't that disgusting. That was much more surprising. I looked closer and I saw it a red drop. That wasn't a snot, and damn I was nosebleeding.
No one at home, my maid lately brought me medical box. I found some pills but I had to stop the nosebleeding first. I looked at the clock, it was 8:17 PM. My brother wasn't home yet and I needed help. That was simply a nightmare for me..
Keyword :
experience,
monstrous,
nightmare,
panic,
sick
Vector Isn't Only Available in Physics Class!
Buat yang sering bikin gambar di komputer atau edit foto atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan grafis di komputer, pasti setidaknya kenal dengan beberapa ekstensi file sebagai format untuk menyimpan file gambar tersebut. Semisal, kita udah ngga asing sama yang namanya file *.doc atau *.xls; ekstensi file ter-famous buat dokumen hasil olahan Microsoft Word atau Microsoft Excel (tapi karena sekarang udah pakai Microsoft Office 2007, maka biasanya di akhir setiap ekstensi ditambah huruf 'x', semisal *.docx). Nah, begitu juga dengan file gambar maka setiap file punya ekstensi tersendiri. Dan, beberapa ekstensi punya kelebihan plus kekurangannya. Semisal ekstensi paling umum buat file foto, baik dari kamera digital atau 'nyolong' dari internet biasanya *.jpeg atau *.jpg. Kalau buat animasi, si file biasanya berekstensi *.gif atau kalau pake Flash player ekstensinya biasanya *.fla.
Tapi yang mau dijelaskan sekarang ini, pertama adalah tentang Bitmap. Yang suka gambar di Paintbrush atau Paint (Start Menu > Accessories > Paint) kemungkinan besar kenal banget sama ekstensi file yang satu ini. Tapi ternyata bitmap itu punya definisi yang lain. Bitmap itu adalah representasi dari gambar yang tersusun dari susunan titik-titik. Jadi, si gambar dengan format Bitmap (*.bmp) itu tersusun dari puluhan, ratusan, ribuan, sampe jutaan titik-titik, bergabung membentuk sebuah gambar. Atau kita bisa bayangin kaca patri yang ada di masjid atau gereja, membentuk sebuah gambar atau lukisan. Pada awalnya, kan si pembuat kaca patri itu harus membentuk lukisan itu dari kepingan-kepingan kecil sampai akhirnya jadi sebuah lukisan. Atau mirip sama pecahan beling yang setiap potongan kecilnya disusun sampe akhirnya jadi gelas lagi (males banget nyusunnya). Nilai buat setiap titik itu diawali sama satu bit data untuk gambar hitam putih, sementara buat gambar berwarna nilainya bisa lebih dari satu (2, 4, 8, 16, 32 bit). Ukuran sebenarnya buat n-bit (2n warna) bitmap dalam byte (satuan ukuran file) bisa dihitung :
Ukuran file gambar bitmap (file size)
Sedangkan tinggi dan lebar gambar dihitung dalam pixel.
File dengan ekstensi bitmap (*.bmp) sendiri punya filesize yang menurut saya lumayan besar. Dibandingkan dengan saudaranya yang sebasis tapi sama seperti JPG, GIF, TIFF, PNG, gambar BMP punya filesize yang ternyata ukurannya segede alaihim. Semisal, ada lukisan berformat BMP dengan ukuran 1024x768, berwarna, punya filesize 20 MB (seperti wallpaper Titanic di laptop saya dulu), ternyata ketika dibandingkan dengan lukisan yang sama tapi sudah di export ke format JPG, filesizenya bisa jadi sekitar 500 KB atau 1 MB aja! Berarti pada intinya, format ini memakan cukup banyak memori. Kerapatan titik-titik di gambar disebut resolusi. Kalau kita buat file baru di Adobe Photoshop (misalnya), kita bakal dikasih pilihan buat menentukan berapa resolusi gambar yang mau kita buat (dalam keadaan default si Photoshop biasanya kasih nilai 72 pixel/inch (atau sekitar 28,5 pixel/cm). Sedangkan 'width' dan 'height' itu menunjukkan tinggi dan lebar gambarnya (dalam pixel). Untuk ukuran gambar sebesar atau standar wallpaper komputer non-widescreen, biasanya cukup dengan ukuran 1024x768 pixel.
Tapi, file bitmap punya satu kekurangan yang menurut saya sendiri juga jelek. File ini kalo udah mentok di size-nya, pada saat dilakukan resize = pembesaran ukuran gambar maka hasilnya bakalan pecah. Kalau di resize = pengecilan ukuran gambar sih ngga begitu keliatan pecahnya, kecuali ya gambarnya itu keliatan kaya 'keteken-teken'.
Ilustrasi di atas menunjukkan perbedaan antara gambar Bitmap dengan gambar vektor. Bitmap, pada saat dilakukan pembesaran sebesar 7x maka hasilnya langsung pecah. Sementara waktu dilakukan pembesaran sebesar 7x ke gambar vektor maka hasilnya masih tetap cemerlang seperti aslinya! Wow, nampak elok dan seronok!
Di atas itu salah satu program pengolahan gambar dengan format bitmap. Semisal Adobe Photoshop, Corel PHOTO-Paint, dan yang paling sederhana adalah Paint.
Lantas, apa bedanya dengan grafis vektor? Sepintas seperti inget dengan pelajaran fisika dimana kita mungkin pernah belajar tentang vektor. Nah, vektor di konteks ini kurang lebih berdefinisi sebagai penggunaan prinsip dasar geometri seperti titik, bentuk, garis, lengkung, dan poligon yang berbasis pada perhitungan matematika untuk menampilkan gambar di grafis komputer. Cara kerja vektor ini sebenernya lebih simpel walopun tetep mengikut sertakan kehadiran rumus matematika (yasalaaam). Beda dengan bitmap yang menggunakan atau menyetor pixel-pixel dalam membuat sebuah gambar, vektor justru menggunakan dan menyimpan garis, bentuk, dan warna yang membuat lukisan tersebut menjadi rumus atau fungsi matematika. Program yang bisa mengeksekusi file grafis vektor ini menggunakan rumus-rumus matematika itu buat mengkonstruksi si gambar tersebut. Membuat gambar dengan kualitas terbaik yang sesuai dengan resolusi layar yang diberikan.
Si rumus-rumus matematika itu menjelaskan titik atau bentuk atau garis yang membuat lukisan itu harus diletakkan untuk memberikan hasil gambar yang terbaik ketika si gambar ditampilkan. Berarti, pada saat dilakukan pembesaran secara kasarnya rumus-rumus matematika itu tinggal buat rasionya antara ukuran awal dengan ukuran yang baru, lalu rasio itu dikalikan dengan nilai-nilai yang ada di rumus matematika tersebut (semisal ada sebuah bola dengan diameter 14 cm, maka buat memperbesar ukuran bola sebesar 3x tinggal mengkali tiga ukuran diameternya sehingga akan didapat sebuah bola yang sama dengan ukuran 3x lebih besar dari aslinya). Tapi ngga berarti bahwa grafis vektor ngga punya kekurangan. Walaupun si grafis vektor bisa memproduksi gambar dengan skala yang bisa diubah-ubah menjadi ukuran atau detail apapun, tapi grafis vektor ini terbatas dari segi resolusi yang ada di display. Ketika kita mencetak foto dengan grafis vektor, maka akan terlihat lebih tajam dan resolusi outputnya akan lebih tinggi dibandingkan dengan apa yang nongol di layar, tapi baik hasil soft copy maupun hard copy bisa menggunakan satu data yang sama.
Format untuk file grafis vektor umumnya adalah SVG, GXL atau VML. Pengolahannya bisa dilakukan di Adobe Illustrator, Adobe Fireworks, Corel DRAW, dan lain-lain.
Tapi pada dasarnya, kedua jenis grafis di atas saling membutuhkan dan bersifat komplementer. Semisal kita membuat gambar awal di Corel DRAW lalu bisa kita edit di Corel PHOTO-PAINT. Dan pada akhirnya kebutuhan jugalah yang jadi faktor utama kita memilih format dari gambar tersebut.
But personally I prefer vector graphic one than bitmap images, even though I used to use bitmap formats in saving pictures :)
Tapi yang mau dijelaskan sekarang ini, pertama adalah tentang Bitmap. Yang suka gambar di Paintbrush atau Paint (Start Menu > Accessories > Paint) kemungkinan besar kenal banget sama ekstensi file yang satu ini. Tapi ternyata bitmap itu punya definisi yang lain. Bitmap itu adalah representasi dari gambar yang tersusun dari susunan titik-titik. Jadi, si gambar dengan format Bitmap (*.bmp) itu tersusun dari puluhan, ratusan, ribuan, sampe jutaan titik-titik, bergabung membentuk sebuah gambar. Atau kita bisa bayangin kaca patri yang ada di masjid atau gereja, membentuk sebuah gambar atau lukisan. Pada awalnya, kan si pembuat kaca patri itu harus membentuk lukisan itu dari kepingan-kepingan kecil sampai akhirnya jadi sebuah lukisan. Atau mirip sama pecahan beling yang setiap potongan kecilnya disusun sampe akhirnya jadi gelas lagi (males banget nyusunnya). Nilai buat setiap titik itu diawali sama satu bit data untuk gambar hitam putih, sementara buat gambar berwarna nilainya bisa lebih dari satu (2, 4, 8, 16, 32 bit). Ukuran sebenarnya buat n-bit (2n warna) bitmap dalam byte (satuan ukuran file) bisa dihitung :
Ukuran file gambar bitmap (file size)
Sedangkan tinggi dan lebar gambar dihitung dalam pixel.
File dengan ekstensi bitmap (*.bmp) sendiri punya filesize yang menurut saya lumayan besar. Dibandingkan dengan saudaranya yang sebasis tapi sama seperti JPG, GIF, TIFF, PNG, gambar BMP punya filesize yang ternyata ukurannya segede alaihim. Semisal, ada lukisan berformat BMP dengan ukuran 1024x768, berwarna, punya filesize 20 MB (seperti wallpaper Titanic di laptop saya dulu), ternyata ketika dibandingkan dengan lukisan yang sama tapi sudah di export ke format JPG, filesizenya bisa jadi sekitar 500 KB atau 1 MB aja! Berarti pada intinya, format ini memakan cukup banyak memori. Kerapatan titik-titik di gambar disebut resolusi. Kalau kita buat file baru di Adobe Photoshop (misalnya), kita bakal dikasih pilihan buat menentukan berapa resolusi gambar yang mau kita buat (dalam keadaan default si Photoshop biasanya kasih nilai 72 pixel/inch (atau sekitar 28,5 pixel/cm). Sedangkan 'width' dan 'height' itu menunjukkan tinggi dan lebar gambarnya (dalam pixel). Untuk ukuran gambar sebesar atau standar wallpaper komputer non-widescreen, biasanya cukup dengan ukuran 1024x768 pixel.
Tapi, file bitmap punya satu kekurangan yang menurut saya sendiri juga jelek. File ini kalo udah mentok di size-nya, pada saat dilakukan resize = pembesaran ukuran gambar maka hasilnya bakalan pecah. Kalau di resize = pengecilan ukuran gambar sih ngga begitu keliatan pecahnya, kecuali ya gambarnya itu keliatan kaya 'keteken-teken'.
Ilustrasi di atas menunjukkan perbedaan antara gambar Bitmap dengan gambar vektor. Bitmap, pada saat dilakukan pembesaran sebesar 7x maka hasilnya langsung pecah. Sementara waktu dilakukan pembesaran sebesar 7x ke gambar vektor maka hasilnya masih tetap cemerlang seperti aslinya! Wow, nampak elok dan seronok!
Di atas itu salah satu program pengolahan gambar dengan format bitmap. Semisal Adobe Photoshop, Corel PHOTO-Paint, dan yang paling sederhana adalah Paint.
Lantas, apa bedanya dengan grafis vektor? Sepintas seperti inget dengan pelajaran fisika dimana kita mungkin pernah belajar tentang vektor. Nah, vektor di konteks ini kurang lebih berdefinisi sebagai penggunaan prinsip dasar geometri seperti titik, bentuk, garis, lengkung, dan poligon yang berbasis pada perhitungan matematika untuk menampilkan gambar di grafis komputer. Cara kerja vektor ini sebenernya lebih simpel walopun tetep mengikut sertakan kehadiran rumus matematika (yasalaaam). Beda dengan bitmap yang menggunakan atau menyetor pixel-pixel dalam membuat sebuah gambar, vektor justru menggunakan dan menyimpan garis, bentuk, dan warna yang membuat lukisan tersebut menjadi rumus atau fungsi matematika. Program yang bisa mengeksekusi file grafis vektor ini menggunakan rumus-rumus matematika itu buat mengkonstruksi si gambar tersebut. Membuat gambar dengan kualitas terbaik yang sesuai dengan resolusi layar yang diberikan.
Si rumus-rumus matematika itu menjelaskan titik atau bentuk atau garis yang membuat lukisan itu harus diletakkan untuk memberikan hasil gambar yang terbaik ketika si gambar ditampilkan. Berarti, pada saat dilakukan pembesaran secara kasarnya rumus-rumus matematika itu tinggal buat rasionya antara ukuran awal dengan ukuran yang baru, lalu rasio itu dikalikan dengan nilai-nilai yang ada di rumus matematika tersebut (semisal ada sebuah bola dengan diameter 14 cm, maka buat memperbesar ukuran bola sebesar 3x tinggal mengkali tiga ukuran diameternya sehingga akan didapat sebuah bola yang sama dengan ukuran 3x lebih besar dari aslinya). Tapi ngga berarti bahwa grafis vektor ngga punya kekurangan. Walaupun si grafis vektor bisa memproduksi gambar dengan skala yang bisa diubah-ubah menjadi ukuran atau detail apapun, tapi grafis vektor ini terbatas dari segi resolusi yang ada di display. Ketika kita mencetak foto dengan grafis vektor, maka akan terlihat lebih tajam dan resolusi outputnya akan lebih tinggi dibandingkan dengan apa yang nongol di layar, tapi baik hasil soft copy maupun hard copy bisa menggunakan satu data yang sama.
Format untuk file grafis vektor umumnya adalah SVG, GXL atau VML. Pengolahannya bisa dilakukan di Adobe Illustrator, Adobe Fireworks, Corel DRAW, dan lain-lain.
Tapi pada dasarnya, kedua jenis grafis di atas saling membutuhkan dan bersifat komplementer. Semisal kita membuat gambar awal di Corel DRAW lalu bisa kita edit di Corel PHOTO-PAINT. Dan pada akhirnya kebutuhan jugalah yang jadi faktor utama kita memilih format dari gambar tersebut.
But personally I prefer vector graphic one than bitmap images, even though I used to use bitmap formats in saving pictures :)
Subscribe to:
Posts (Atom)