"Betapa hatiku, takkan pilu..
Telah gugur pahlawanku..
Betapa hatiku tak akan sedih, hamba ditinggal sendiri..
Siapakah kini, p'lipur lara..
Nan Setia dan Perwira
Siapakah Kini Pahlawan Hati
Pembela Bangsa Sejati...
Telah gugur Pahlawanku
Tunai Sudah Janji Bakti
Gugur Satu Tumbuh Sribu
Tanah Air Jaya Sakti..."
Ditujukkan kepada pahlawan kemerdekaan yang telah terlebih dahulu duduk di pangkuan Tuhan. I should have remembered back when Grandpa (from Mom) passed away and he was buried in military ceremonial. Yah, Grandpa memang tidak dimakamkan di makam pahlawan, seperti para pahlawan lain (umumnya). Tapi, seremonial secara militer itu mengingatkan saya bahwa inilah yang mungkin seharusnya jadi imbalan untuk apa yang telah para pahlawan perjuangkan puluhan tahun silam.
"Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Tetap di puja-puja bangsa.."
Sebenarnya, saya nggak terlalu memikirkan celaan-celaan yang pernah Malaysia keluarkan untuk Indonesia (yang sebaliknya, celaan-celaan itu menunjukkan kekurangan sendiri). Karena satu hal, bagaimanapun juga nama Indonesia akan selalu harum. Yeah, terlepas dari atribut-atribut menyebalkan seperti korupsi, kolusi, nepotisme, terror bom dan segala macamnya, cobalah melihat sejenak ketika wisatawan dari berbagai negara datang ke Indonesia, memuji Indonesia dengan segala macam budaya dan keagungan alamnya. Dan yang saya lihat, sudah dua kali Bali kita di bom dan dihancurkan oleh teroris-teroris biadab dan bajingan, tapi kemudian namanya kembali harum dan bersinar. Indonesia bangga dengan itu.
"Melambai-lambai..
Nyiur di antai..
Berbisik bisik..
Raja kelana..
Memuja pulau..
Nan indah permai..
Tanah airku..
Indonesia.."
Indonesia dulu mempunyai banyak kerajaan-kerajaan. Beberapa merupakan kerajaan maritim, karena memiliki angkatan laut yang kuat dan invulnerable pada masanya. Dan kalau dilihat, garis pantai di Pulau Jawa sangat panjang. Sepanjang itu pula pohon-pohon kelapa berderet mengikuti alur garis pantai. Letak geografis Indonesia juga menyebabkan Indonesia menjadi negara beriklim tropis. Pantai-pantai di Indonesia menawarkan keindahan yang tidak bisa dibandingkan dengan yang lainnya.
"Sekarang telah menjadi lautan api
Mari Bung! Rebut kembali..."
Kami tidak akan mundur! Kami tidak takut! Setelah Bandung dibumihanguskan pada malam itu, kami tidak akan berhenti sampai disana! Takkan memberikan keuntungan pada penjajah sedikitpun dan kami tidak rela akan hal itu! Sekarang kami bangkit dan lihatlah, Bandung sudah tak lagi menjadi lautan api. Dari puncak Gunung Tangkuban Parahu di malam hari, Bandung bermandikan cahaya di bawah langit berbintang. Bandung telah bangkit dan berdiri tegak. Kami sudah membuktikannya.
Terlepas dari semua hal di atas, saya masih mendengar tangisan Ibu Pertiwi..
"Kulihat ibu pertiwi, sedang bersusah hati..
Air matanya berlinang, mas intannya terkenang.."
Rintihannya terasa pilu melihat keadaan Indonesia sekarang. Korupsi, kemiskinan masih merajalela, masalah-masalah keuangan, bentrokan-bentrokan, semuanya. Kejahatan-kejahatan yang terjadi, kelicikan-kelicikan dan kecurangan bagi mereka yang tak mampu, dan kemudahan dalam mendapatkan uang haram, semuanya terlihat kontras dengan perjuangan para pahlawan dulu. Kenapa sekarang justru kita yang menghancurkan apa yang kita cita-citakan?
Biar bagaimanapun, sekarang sudah 65 tahun sejak hari bersejarah itu. Indonesia sudah banyak berubah. Indonesia sedikit demi sedikit meraih cita-citanya. Kami sudah bangkit, tak mau lagi terpuruk dan akan selalu berdiri melawan keganasan-keganasan yang akan kami lewati. Kami tak boleh kalah dengan negara-negara lain. 65 tahun belum cukup untuk kami bisa menjadi lebih hebat dan lebih baik, tapi kami harus dan akan berusaha menjadi lebih baik.
Ibu Pertiwi jangan menangis lagi..
It's been 65 years. Let's shout it aloud..
FREEDOM!!!