Sebenernya Kazu juga pada awalnya bingung dengan punctuation yang satu ini. Dagger, dilambangkan dengan '†' adalah sebuah simbol tipografi yang juga disebut 'obelus' (salib). Kata obelus sendiri berasal dari sebuah kata berbahasa Yunani, 'obeliskos' yang berarti 'obelus kecil'. Ada juga double dagger atau disebut juga diesis (‡).
Kazu sering liat banyak profil di Facebook yang namanya menggunakan karakter ini. Entah itu di bagian awal nama, di bagian tengah dan seringnya nyelip sebagai pengganti huruf 't', atau di bagian akhir dengan maksud yang menurut Kazu ngga jelas. Sebenernya, penggunaan itu termasuk malfungsi karena Kazu fikir mereka ngga sepenuhnya tau apa kegunaan asli dari dagger tersebut.
Dagger itu punya kegunaan yang sama seperti asterisk atau tanda bintang (*), yang fungsinya sebagai penanda catatan kaki. Tapi, dagger itu digunakan kalau si asterisk atau tanda bintang sudah digunakan (misalnya ada dua catatan kaki). Kalau catatan kakinya ada tiga, maka digunakanlah double dagger. Sejarah simbol dagger sendiri pertama kali digunakan dalam buku-buku liturgi dari Gereja Katolik Roma. Dagger digunakan sebagai penanda jeda kecil dalam kidung kecil dalam Mazmur (jeda utama ditandai dengan tanda bintang atau asterisk). Tapi, tahu ngga sih kalo ternyata sekarang ini dagger yang sering kita lihat berarti juga sebagai sesuatu yang lain?
Dagger punya banyak fungsi tergantung dari konteksnya. Seperti dalam biologi, dagger diletakkan setelah nama spesies yang menunjukkan bahwa spesies yang dimaksud sudah punah. Lalu bagaimana dengan dagger yang umumnya sekarang digunakan? Nah yang sekarang digunakan itu dagger yang ternyata juga mewakili sebagai lambang salib buat umat Kristen. Tapi penyalahgunaannya juga bisa bikin kacau dan merinding. Dagger yang diletakkan di depan atau di belakang nama dari orang yang sudah meninggal (almarhum), kaya yang biasa kita liat di batu nisan di pemakaman Kristen. Oleh karenanya, penggunaan dagger ini ngga bisa asal-asalan dipake. Dagger ngga seharusnya diletakkan di depan atau belakang nama seseorang yang masih hidup.
Contoh kasusnya bener-bener keliatan di Facebook dan Friendster (pada waktu itu). Mungkin si subjek bermaksud lain (semisal menunjukkan identitasnya sebagai seorang kristiani), tapi menurut saya caranya ngga gitu. Dagger sekarang ini dianggap sebagai lambang bagi seseorang yang udah meninggal (bisa dilihat di obituari di koran). Untuk menunjukkan identitas kan bisa lewat form 'Religious Views' atau 'Affiation' kalo menurut saya, karena peletakannya itulah yang justru sebenernya jadi masalah. Penyalahgunaan punctuation kaya gini harusnya diminimalisir supaya ngga terjadi hal-hal yang ngga diinginkan (semisal asumsi bahwa si pemilik akun sudah meninggal dan akun diambil alih oleh sanak saudaranya).
Then I guess it sounds absurd and spooky, seeing dead person being online on Facebook..