Sebetulnya postingan yang tidak seharusnya muncul di blog saya, tapi jadikanlah pelajaran atau sekedar hiburan buat yang ngga punya kerjaan atau mungkin buat yang punya pengalaman yang sama, eh?
Saya rasa postingan ini ada baiknya juga muncul, karena semoga orang yang bersangkutan baca dan sadar bahwa selama ini dia itu sudah seperti 'itu'. Wah, kalau ingat jaman SMP beberapa tahun silam harusnya saya tertawa puas karena dia. Semoga saya masih tetap ingat bahwa dia adalah makhluk yang dijauhi oleh teman-teman, dan juga saya tentunya. Siapa sih yang tidak kesal dengan sikap orang yang suka cari perhatian dan mulutnyna yang (maaf) seperti sampah? Bukan bermaksud menghina tapi memang kenyataannya begitu (sometimes the truth is bitter). Mulutnya yang digunakan untuk memprovokasi dan menghina orang-orang lain, bahkan saya ingat waktu dia menghina teman saya ketika saya di kelas 8. Begitu asyiknya dia menuliskan nama ayah teman saya itu yang juga tetangga saya di komplek. Kontan teman saya itu kesal lah, begitu ayahnya diejek begitu (kalem Ra, ejek balik aja anak kaya gitu sih). Lalu, menghina saya ini itu ini itu dengan kekurangan fisik saya (sedangkan dia sendiri merasa dirinya lebih baik? saya rasa dia tidak punya cermin di rumahnya). Memprovokasi dan menyebabkan teman saya Ridandi pada akhirnya berani memukul dia (he deserved for that). Tingkahnya di kelas seni ketika saya di kelas 8 membuat anak sekelas kesal dengan dia. Coba saya tanya kakak saya, Ko Shady. Saya rasa dia pasti ingat betapa anak itu menyebalkan. Teman-teman SMP saya pasti sudah kenal dengan dia, dan entah apapun hubungan mereka dengan dia tapi kalau ditanya tentang orangnya yeah kurang lebih ada saja yang bilang begini, "Yang ca-per itu kan?"; atau setidaknya bertanya, "Masih ca-per ya dia?". Korespondensi yang saya dapat saya rasa sudah banyak, berhubung teman-teman SMP saya sudah tahu sifat dia seperti apa dan segala tetek bengek yang berhubungan dengan mulut dan kegilaannya itu.
Sangat menjengkelkan ketika orang itu tepatnya berada dalam satu naungan yang sama lagi dengan saya. Yeah, setidaknya hanya terpisah beberapa kursi saja. Setidaknya harapan saya dan beberapa orang agar dia berubah tidak dikabulkan oleh Tuhan. Saya kira setelah lulus SMP dengan nilainya yang I-won't-give-a-shit itu dia akan berubah menjadi seseorang yang lebih baik, tapi justru dia malah semakin menjijikkan dan sifat kekanak-kanakannya membuat saya harus berfikir ulang atau memaksa seseorang untuk memindahkannya ke playgroup atau tempat penitipan anak. Dan akhirnya sekarang dia sudah menginjak tahap terakhir sebelum masuk perguruan tinggi. Ya Tuhan, saya tidak yakin orang-orang di kampusnya akan menerimanya dengan sifatnya yang seperti itu. Apa sebenarnya yang dia mau? Setelah saya mengobrol dengan salah satu teman terpercaya saya (Ridandi) yang juga pernah 'terpaksa' dekat dengan dia akhirnya didapatlah satu kalimat utama yang jadi kunci: "Dia itu ngga punya temen, makanya jadi cari perhatian walopun caranya salah dan menyebalkan..". Maafkan saya, itu yang saya dengar langsung dari teman saya. Faktanya begitu, bahkan teman yang 'terpaksa' dekat dengannya pun berkata begitu. Lantas, apa saja yang dilakukannya selain menghina, memprovokasi, dan mencari perhatian dengan cara menjijikkannya?
Dia sebenarnya dianugerahi bakat, tapi sayangnya dia terjadi malfungsi pada jaringan otaknya mengakibatkan bakatnya disalurkan menjadi sebuah 'seni menghina'. Tak jarang, saya melihat karikatur yang dia buat untuk menghina teman-teman, termasuk saya. Dan kabarnya, karikatur-karikatur itu akan dia post di sebuah situs. Sepertinya saya harus segera menceritakan kepada teman-teman saya tentang ide gilanya itu. Dan semoga saja pihak Blogger dengan senang hati mau melayani setiap tanda 'flag' yang kami berikan.
Saat dia tidak punya teman, justru dia mencari 'teman' dengan cara yang salah. Beruntunglah karena tidak ada yang peduli dengan caranya. Bahkan teman saya Sebastian sering mengingatkan saya untuk tidak mempedulikan dia ketika dia terkadang menghina saya. Kalimat pertanyaan dari Sebastian membuat saya berfikir ulang dan terkekeh, "Emangnya dia manusia? Yang kaya gitu dibilang manusia?". Terima kasih, Sebastian. Setidaknya saya ingat bahwa dia tidak termasuk kedalam kingdom Animalia maupun Plantae. Saya rasa komite biologi internasional harus segera memasukkan spesies semacam dia ke dalam kingdom lain, entah Protista atau jamur tapi dia memang parasit. Saya juga dengar dan tahu background kehidupannya. Memang menyedihkan, tapi tidak seharusnya dia membuat hidupnya lebih kacau dengan sifatnya itu. Setidaknya dia harus bisa lebih baik, ya harus bisa lebih baik. Saking kesalnya, pernah saya mencetuskan satu kalimat yang sebenarnya tidak seharusnya saya katakan (seperti ketika Ridandi yang pendiam pada akhirnya marah dan memukul dia: mengejutkan). Lantas, jika orang-orang tahu kekurangannya dan menghina dia, maka saya rasa he deserved for that. Apa bedanya dengan dia yang menghina orang lain tiba-tiba? Apa salah jika orang lain dan juga saya menghina dia karena serangannya secara tiba-tiba? Bukankah itu yang dinamakan refleksi?
Setidaknya bagi saya secara pribadi, sudah mendapatkan kedewasaan. Yeah, sedikit demi sedikit saya menjadi lebih dewasa. Bagaimana dengan dia? Saya rasa komentar dari teman-teman saya meyakinkan bahwa dia punya jimat penangkal kedewasaan. Bahkan sekarang dia dianggap sebagai pengikut, karena sering mengikuti salah satu teman saya. Dari mulai kebiasaannya sampai kesukannya. Sempat seorang teman saya mengomentari caranya bermain gitar, "Mendingan diem aja lah kamu daripada mainin lagu ngga jelas. Ga bisa maen diem aja!". Saya setuju dengan teman saya, karena dalam musik perlu unsur melodis, ritmis, dan harmonis. Tapi saya rasa justru dia memainkan alat perkusi, bukan gitar. Dan juga dia sudah di cap oleh beberapa teman saya. 'Si Bos' kata mereka, terutama jika topik utamanya tentang bermain gitar. Kasihan teman saya Je, harus punya pengikut seperti dia. Semoga Je diberikan kesabaran.
Hah, sudahlah.. Seperti yang pernah Sharie tulis di selembar kertas: "Human Being"
Mungkin sudah begitu, ya sudah anggap saja dia sebagai jamur atau plankton. Dan maaf saya harus buat posting ini karena saya harap kamu di usia yang sekarang sudah seharusnya berubah. Sebelum kamu akan menangisi penyesalan kamu di bangku kuliah nanti.
No comments:
Post a Comment
Post some comments, maybe a word two words or a long long paragraph :)